Adat Istiadat dan Budaya Suku Batak Toba
Adat Istiadat dan Budaya Suku Batak Toba
Dinda Yolanda Marpaung| 13 Des 2021
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mencakup lebih dari 17.000 pulau yang dihuni oleh sekitar 255 juta penduduk, sebuah angka yang membuat Indonesia menjadi negara di urutan keempat dalam hal negara dengan jumlah populasi yang terbesar di dunia. Angka ini juga mengimplikasikan bahwa banyak keanekaragaman budaya, etnis, agama maupun linguistik yang dapat ditemukan di dalam negara ini. Masing-masing daerah di Indonesia memiliki masyarakat adat dengan ciri khas tradisinya masing-masing. Adat istiadat dilakukan sesuai dengan kebiasaan masyarakat sekitar, dan dari sinilah kekayaan budaya Indonesia semakin terasa. Indonesia terdiri dari sekitar 1.340 suku bangsa yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Semua tampak menarik, dan kerap menjadi magnet bagi para wisatawan dan peneliti asing untuk mencari tahu lebih dalam budaya tersebut.
Salah satunya adalah Suku Batak Toba. Salah satu suku yang kaya akan keunikan. Batak Toba merupakan suku yang tinggal di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. Suku ini tersebar hampir di seluruh wilayah provinsi Sumatera Utara. Dilansir dari Suku-suku Bangsa di Sumatera karya Giyanto, nenek moyang Suku Batak merupakan kelompok Proto Melayu atau Melayu Tua. Kelompok ini berasal dari Asia Selatan dan bermigrasi ke Nusantara melalui Pulau Sumatera. Dari semenanjung Malaya, mereka menyeberang ke Pulau Sumatera dan akhirnya menetap di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. Kelompok Proto Melayu kemudian membangun sebuah permukiman di Sianjur Mula-Mula. Pemukiman tersebut berkembang dan menyebar ke wilayah sekitarnya.
Kehidupan sosial menjadi unsur yang tidak lekang dalam kehidupan keseharian masyarakat Batak Toba. Itulah mengapa tidak banyak budaya leluhur yang hilang ditelan jaman, berkat kekeluargaan dan penghormatan yang kuat terhadap budayanya, adat istiadat Batak Toba terus bertahan hingga saat ini.
Berikut beberapa Adat Istiadat dan Kebudayaan Suku Batak Toba:
1. Martarombo
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, budaya kekeluargaan sangatlah erat dalam adat istiadat dan keseharian masyarakat Batak. Dalam hal ini, masyarakat Batak sendiri memiliki adat yang disebut martarombo, yakni sebuah tradisi bercengkrama satu sama lain guna mencari hubungan saudara satu sama lain.
Biasanya dalam sebuah martarombo, tetua keluarga akan menanyakan silsilah dari keluarga lainnya guna mencari kekerabatan dalam marga mereka guna mengeratkan tali persaudaraan.
2. Partuturan
Dalam kehidupan orang Batak sehari-hari kekerabatan (partuturan) adalah kunci dari falsafah hidupnya dengan menanyakan marga dari setiap orang Batak yang ditemuinya. Kekerabatan ini pula yang menjadi semacam tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah dan menentukan sikap terhadap orang lain dengan baik. Partuturan tidak terepas dari yang namanya sebuah fisafah batak Toba, yaitu "Dalihan Natolu" yang dimana filsafah ini meiliki arti yang besar bagi suku batak Toba,Istilah Dalihan Na Tolu mempunyai arti tungku berkaki tiga. Ini menunjukkan tiga kedudukan fungsional sebagai konstruksi sosial yang terdiri atas tiga hal yang menjadi dasar bersama.
1. Somba marhulahula (sikap sembah/hormat kepada keluarga pihak istri)
2. Elek marboru (sikap membujuk/mengayomi wanita)
3. Manat mardongan tubu (sikap berhati-hati kepada teman semarga)
3. Dilarang menikah semarga
Arti marga dalam suku Batak Toba sangatlah penting,karena dapat menentukan status sosial seseorang. Di dalam hubungan sosial masyarakatnya, marga merupakan dasar untuk menentukan partuturan, hubungan persaudaraan, baik untuk kalangan semarga maupun dengan orang-orang dari marga lain.
Sistem perkawinan masyarakat Batak Toba adalah sistem perkawinan eksogami yaitu mencari pasangan hidup diluar marganya, maka dari itu sangat dilarang keras adanya perkawinan semarga karena dianggap sebagai perkawinan sedarah/incest.
Menikah dengan lelaki atau perempuan satu marga sangatlah terlarang dikebudayaan orang batak. Sekalipun memiliki aliran keluarga yang berbeda dan saling tak kenal. menikah dengan semarga tetaplah hal yang ditentang oleh orang Batak. Menurut adat,orang yang memiliki marga yang sama walaupun tidak dalam keluarga yang sama tetaplah memiliki hubungan saudara dan dianggap merusak silsilah.
4.Menikahi Pariban (sepupu)
Istilah pariban atau marpariban banyak disebut dan populer di suku Batak,dan menikahi pariban adalah hal yang lumrah dan sering terjadi di kalangan orang Batak. Secara gamblang pariban artinya sepupu, dalam kekerabatan Batak pariban merupakan sepupu wanita putri Tulang atau sepupu laki-laki dari Namboru. Jadi,bukan semua sepupu bisa dinikahi ya,hanya yang marpariban saja yang boleh menikah.
5.Mangulosi
Ulos adalah identitas budaya Batak. Dalam budaya Batak ada tradisi mangulosi, yakni proses mengalungkan kain Ulos ke pundak orang lain. Dirunut dari sejarahnya, mangulosi punya makna memberi perlindungan dari segala gangguan. Tradisi mangulosi dilakukan orang yang dituakan kepada kerabat yang memiliki partuturan, kedudukan yang lebih rendah seecara adat, seperti orang tua pada anak. Dalam upacara pernikahan Batak, ada tradisi mangulosi dari tulang (Paman) kepada kedua pengantin (biasa disebut bere),hal yang menunjukkan kekhasan relasi dalam keluarga Batak.
Setiap jenis Ulos punya kegunaan masing-masing. Ulos bolean sunting dipakai sebagai selendang pada acara kematian. Ulos ragi hotang biasa menjadi kado pengantin, dan ulos ragi huting yang digunakan gadis Batak dengan cara dililitkan di dada, atau dikalungkan di leher oleh para orang tua yang sedang dalam perjalanan.
6.Tuhor
Dalam hubungannya dengan pernikahan, orang Batak mengenal istilah Tuhor. Yakni semacam uang yang digunakan untuk mas kawin. Uang Tuhor nantinya akan digunakan pihak laki-laki untuk mempersunting perempuan, membeli kebaya calon mempelai perempuan, biaya pernikahan dan kebutuhan lainnya sesuai kesepakatan keluarga. Besarnya uang yang diberikan oleh mempelai lelaki tergantung dengan negosiasi dan tawar menawar dari kedua belah pihak, yang biasanya didiskusikan pada saar acara lamaran (marhusip). Beberapa hal dipertimbangkan dalam negosiasi jumlah tuhor ini, seperti keadaan sosial keluarga mempelai wanita, keadaan ekonomi keluarga, dan beberapa hal lainnya. Tuhor ini nantinya akan digunakan untuk keperluan pesta, perlengkapan pernikahan dan lain-lain.
7. Marhobas
Bagi kaum laki-laki,marhobas adalah salah satu yang mutlak pada hari pesta. bahasa keren nya MARJAGAL (memotong daging). Kaum perempuan biasanya telah bekerja sebelum acara pesta (hari H) dengan pekerjaan marbumbu (membuat bumbu). Marhobas adalah tradisi yang turun temurun dalam suatu pesta. Ini adalah bentuk kerjasama dalam suku batak ketika hendak melakukan sebuah pesta adat.
Jadi,biasanya laki laki akan melakukan kegiatan ini pada pagi subuh. Mereka akan memotong daging atau biasa disebut pinahan untuk dimasak dan diolah sebagai hidangan diacara pesta. Kaum perempuan pastinya jauh lebih sibuk,biasanya kaum perempuan sudah melakukan kegiatan marhobas 2 atau 3 hari sebelum pesta dilaksanakan.
Baik,sekian info yang bisa saya berikan untuk teman teman baca,semoga infonya bermanfaat dan dapat menambah wawasan para pembaca ya! Terimakasih
nice info 👍👏
BalasHapusTerimakasihhh
BalasHapusSebagai orang batak yang merantau ke Ambon, saya bangga sekali dengan blog ini, namun tulisannya kurang jelas karena themesnya gelap alangkah lebih baik dirubah agar ebih bagus tampilannya.
BalasHapusHoras Jala Gabe
Marsada Rental Mobil Ambon